Pendahuluan
Memasuki tahun 2025, sistem pendidikan Indonesia berada di tengah arus besar transformasi. Tantangan zaman yang kian kompleks menuntut lahirnya sosok pendidik yang bukan hanya mampu mengajar, tetapi juga mampu menjadi agen perubahan. Dalam konteks inilah, program Guru Penggerak menjadi tulang punggung revolusi pendidikan Indonesia. Lebih dari sekadar program pelatihan, Guru Penggerak adalah gerakan perubahan yang bertumpu pada semangat kolaboratif, kepemimpinan transformatif, dan pembelajaran yang berpihak pada murid.
Apa Itu Guru Penggerak?
Guru Penggerak adalah inisiatif dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang diluncurkan sejak 2020. Program ini bertujuan menyiapkan guru-guru terpilih untuk menjadi pemimpin pembelajaran, bukan hanya di kelas tetapi juga di komunitas sekolah dan daerahnya. Guru Penggerak dibekali kompetensi untuk:
-
Menjadi pemimpin pembelajaran yang berpihak pada murid
-
Membangun budaya reflektif dan kolaboratif
-
Mengembangkan ekosistem pendidikan yang inklusif dan dinamis
Hingga tahun 2025, program ini telah meluluskan ribuan guru dari berbagai angkatan, dan menjadi katalis dalam pembentukan Kepala Sekolah dan Pengawas yang berasal dari kalangan pendidik profesional, bukan politis.
Mengapa Revolusi Ini Penting di 2025?
Transformasi pendidikan bukan sekadar kurikulum atau teknologi. Ia menuntut perubahan paradigma dalam cara guru memandang murid dan proses belajar. Di sinilah peran Guru Penggerak menjadi sentral:
-
Menjawab Krisis Pembelajaran
Hasil asesmen nasional dan PISA menunjukkan bahwa Indonesia menghadapi tantangan serius dalam literasi dan numerasi. Guru Penggerak hadir dengan pendekatan merdeka belajar, memfasilitasi pembelajaran kontekstual yang lebih bermakna dan menyenangkan. -
Menghadirkan Kepemimpinan Berbasis Nilai
Alih-alih menunggu komando, Guru Penggerak menjadi pemimpin yang memulai perubahan dari bawah—melalui aksi nyata, inovasi di kelas, dan pembentukan komunitas belajar di lingkungan sekolah. -
Membangun Budaya Sekolah yang Positif
Guru Penggerak berperan dalam membentuk iklim sekolah yang sehat: partisipatif, demokratis, dan berpihak pada pertumbuhan murid. Mereka tidak bekerja sendiri, tetapi menggerakkan ekosistem sekolah untuk terus belajar dan berkembang bersama.
Dampak Nyata di Lapangan
Banyak cerita inspiratif lahir dari guru-guru rajazeus penggerak. Misalnya, di sebuah sekolah dasar di daerah pelosok Kalimantan, seorang guru penggerak mengubah cara mengajar IPA menjadi lebih eksploratif dan berbasis proyek lingkungan. Di Yogyakarta, seorang guru penggerak mendorong budaya membaca dengan membentuk klub literasi dan melibatkan orang tua.
Perubahan ini tidak menunggu instruksi dari atas. Ia lahir dari keyakinan bahwa guru adalah agen perubahan. Guru Penggerak menunjukkan bahwa ketika guru diberi kepercayaan, pelatihan bermutu, dan ruang berekspresi, mereka akan melahirkan inovasi yang berdampak langsung bagi murid.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meski membawa angin segar, program Guru Penggerak juga menghadapi tantangan:
-
Resistensi dari struktur birokrasi lama, di mana promosi jabatan masih kerap dipengaruhi faktor politis atau senioritas.
-
Kesenjangan kualitas pelatihan antar daerah, terutama di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar).
-
Masih adanya guru yang belum terbuka terhadap perubahan paradigma pembelajaran.
Namun demikian, semangat perubahan terus tumbuh. Pemerintah menargetkan agar sebagian besar kepala sekolah ke depan berasal dari alumni Guru Penggerak, sehingga kepemimpinan berbasis pembelajaran dapat menjadi budaya, bukan pengecualian.
BACA JUGA: Merdeka Belajar 2025: Mewujudkan Pendidikan Berkualitas dan Berkeadilan di Era Disrupsi